HUB ARTIKEL ILMIAH I JOURNAL I PROSIDING I NASIONAL I INTERNASIONAL

Minggu, 18 September 2022

Administrasi Kota Tidore Kepulauan

 

Narasi Peta

Judul Peta

Peta Administrasi Kota Tidore Kepulauan

Tahun

2014

Sofhware

ArcGIS 10.0

Ukuran Kertas

A3 – Portrait

Skala

1 : 150.000

Proyeksi

Geodetic/Longitude-Latitude

Sistem Grid

Grid Geografi

Datum

World Geodetic System 1984 (WGS 84)

Zona

52 Utara



Share:

Etnobotani Tumbuhan Obat pada Etnis Batak di Desa Pardomuan Nauli, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir

 Kasa Nova Tripena Turnip, Zulfan Arico, dan Zidni Ilman Navia*

Abstrak: Etnobotani tumbuhan obat pada suatu komunitas masyarakat perlu dilakukan karena setiap daerah memiliki kearifan lokalnya masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan tradisional, bagian tumbuhan yang digunakan, dan cara penggunaannya bagi masyarakat etnis Batak di Desa Pardomuan Nauli, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan metode kuantitatif dan kualitatif yaitu eksplorasi dan wawancara semi terstruktur dengan metode snowball sampling. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 68 jenis tumbuhan obat yaitu berasal dari 60 marga dan 41 suku. Jenis tumbuhan yang banyak digunakan adalah dari suku Zingiberaceae yaitu 6 jenis. Bagian tumbuhan obat yang paling banyak digunakan adalah daun 46% dan nilai ICS tertinggi dengan 88. Sebanyak 44 tumbuhan obat yang ditemukan sudah dibudidayakan oleh masyarakat Desa Paya Pardomuan Nauli baik di pekarangan rumahmaupun di kebun masyarakat.

Kata kunci: Etnobotani, tumbuhan obat, suku Batak, Kabupaten Samosir.



DOWNLOAD FILE

Share:

Studi Etnobotani Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat di Pasar Tradisional Kota Bogor, Jawa Barat

Muhamad Nikmatullah*, Mulyati Rahayu, dan Ida Farida Hasanah

Abstrak: Pasar tradisional merupakan salah satu lokasi penyediaan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, antara lain bahan obat herbal. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mendokumentasikan keanekaragaman spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh etnis Sunda di Bogor. Penelitian ini menggunakan metode survei pasar, dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan wawancara terstruktur dan terbuka dilakukan menggunakan metode purposive sampling terhadap penjajaramuan obat herbal di Pasar Bogor, Pasar Anyar (Kebon Kembang), Pasar Sukasari, dan pengobat tradisional (batra) Sringganis. Hasil observasi dan wawancara tercatat 74 spesies tumbuhan, yang termasuk dalam 62 genus dari 36 famili dan 1 spesies lichen/lumut kerak diguna-kan sebagai bahan obat. Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan dan pengobatan tradisional. Batuk merupakan penyakit paling umum di antara macam penyakit lainnya yang dapat diobati menggunakan tumbuhan obat dari pasar tradisional. Penelitian ini diharapkan dapat melestarikan pengetahuan tradisional masyarakat lokal tentang keanekaragaman tumbuhan obat di lingkungan sekitarnya.

Kata kunci: Etnobotani, tumbuhan obat, pasar tradisional Kota Bogor.



DOWNLOAD FILE

Share:

Kamis, 15 September 2022

Peta Tematik Administrasi Kota Ternate

 

Narasi Peta

Judul Peta

Peta Administrasi Kota Ternate

Tahun

2014

Sofhware

ArcGIS 10.0

Ukuran Kertas

A3 – Landscape

Skala

1 : 50.000

Proyeksi

Geodetic/Longitude-Latitude

Sistem Grid

Grid Geografi

Datum

World Geodetic System 1984 (WGS 84)

Zona



Share:

Cara Menulis Jurnal Internasional Yang Baik



Mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berbagai hasil penelitian disusun menjadi jurnal dan dipublikasikan, baik sebagai jurnal nasional maupun jurnal internasional.

Jurnal ilmiah menjadi salah satu bentuk laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh kalangan akademisi maupun non-akademik. Tujuannya agar penelitian beserta hasilnya bisa diakses lebih banyak orang agar bisa dimanfaatkan.

Baik untuk dijadikan referensi pada saat melakukan penelitian serupa atau pengembangannya. Maupun untuk diterapkan, sebab hasil penelitian juga berisi informasi maupun solusi.

Pengertian Jurnal Internasional

Jurnal internasional merupakan terbitan jurnal yang dilakukan oleh pihak internasional. Jurnal jenis ini sendiri ada yang sudah bereputasi dan ada pula yang sebaliknya. Ciri utama jurnal bereputasi adalah terindeks di dalam database internasional yang bereputasi juga.

Misalnya di Scopus, Microsoft Academic Search, Web of Science, dan lain sebagainya. Berhubung dipublikasikan ke seluruh dunia maka jurnal internasional menggunakan bahasa Inggris.

Hanya saja bisa ditemukan juga jurnal di situs internasional yang menggunakan bahasa selain bahasa Inggris, misalnya bahasa Rusia, Mandarin, dan lain sebagainya. Namun untuk kalangan dosen yang hendak menerbitkan jurnal internasional akan menggunakan bahasa Inggris.

Penerbitan dari jurnal di skala internasional ini biasanya menjadi salah satu syarat wajib kelulusan saat menempuh pendidikan pascasarjana. Syarat wajib ini memang seolah menjadi beban tersendiri, karena lebih sulit dibanding menerbitkan jurnal nasional.

Ada beberapa faktor yang membuat jurnal ini sulit untuk ditembus. Mulai dari penulisan yang rumit, antrian dari penulis jurnal negara lain, dan juga reviewer yang cenderung lebih perfeksionis.

Cara Menulisnya

Supaya lebih terbantu dalam menyusun jurnal yang akan diterbitkan secara internasional, berikut tata cara penulisannya:

1. Menentukan Tema Penelitian

Tahapan pertama adalah menentukan tema penelitian, penting untuk memastikan menarik. Misalnya memilih tema yang sedang hangat diperbincangkan, tetap relevan dengan bidang ilmu yang dikuasai, dan mengandung unsur kebaruan.

2. Selaras dengan Bidang Keilmuan

Langkah berikutnya adalah mencari jurnal referensi dan sebaiknya disesuaikan dengan bidang keilmuan yang dimiliki. Sehingga tidak gagal di tengah jalan, sebab ketika sesuai atau relevan maka akan dianggap kompeten di bidang tersebut.

3. Menarik Minat Reviewer

Penyusunan jurnal perlu memperhatikan selera dan kebutuhan reviewer. Sehingga penting untuk mampu menarik perhatian mereka, misalnya menggunakan jurnal referensi hasil penelitian reviewer namun tetap sesuai bidang ilmu yang dimiliki.

4. Minimalkan Kesalahan Human Error

Saat menulis jurnal usahakan disesuaikan dengan panduan penulisan yang berlaku. Selain itu perlu menghindari kesalahan yang disebabkan oleh human error. Misalnya salah ketik atau typo, salah tata bahasa, salah dalam penyusunan bagian jurnal, dan lain-lain.

5. Menghindari Plagiat

Plagiarisme menjadi dosa besar di dunia akademik, jadi pahami betul bagaimana menyusun jurnal yang bebas unsur plagiat.

6. Cermat Menyusun Daftar Pustaka

Penulisan daftar pustaka perlu teliti dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Jika diperlukan maka bisa menggunakan aplikasi khusus untuk menyusunnya, supaya terhindar dari kesalahan.

7. Menyusun Persembahan

Persembahan akan diletakan di bagian akhir jurnal internasional dan ternyata sifatnya penting. Sebab disini penulis jurnal bisa menyampaikan segala ucapan terima kasih dan mengapresiasi bantuan dari semua pihak.

8. Melakukan Pembayaran

Jika jurnal yang disusun sudah diterima maka akan menerima LoA (Letter of Acceptance) dan di dalamnya terdapat invoice. Jadi, silahkan segera melakukan pembayaran dan biasanya menggunakan mata uang dari negara asal namun bisa pula memakai dollar Amerika.

Sumber:

https://duniadosen.com, https://wolipop.detik.com/, https://muh-amin.com/

Share:

Sabtu, 10 September 2022

Ethnomedicinal study, phytochemical characterization, and pharmacological confirmation of selected medicinal plant on the northern slope of Mount Wilis, East Java, Indonesia

 Bhagawan WS, Suproborini A, Putri DLP, Nurfatma A, Putra RT.

Abstract: Ethnomedicinal study, phytochemical characterization, and pharmacological confirmation of selected medicinal plant on the northern slope of Mount Wilis, East Java, Indonesia. Biodiversitas 23: 4303-4313. The traditional usage of plants in ethnomedicine is a valuable resource for human primary healthcare. The effectiveness of herbal medicines and the creation of new drugs are proven by pharmacological and phytochemical verification. This study documented the traditional ethnomedicine knowledge (TEK) on the northern slope of Mount Wilis community in utilizing medicinal plants and revealed the ethnopharmacology relevance of selected medicinal plants. Data on TEK and its practices were collected through in-depth and semi-structured interviews with informants who were selected using purposive sampling and snowball sampling techniques. The phytochemical compounds of the selected medicinal plant were identified using the UPLC-Qtof-MS/MS instrument, while their pharmacological activity was measured in antibacterial tests. The results showed that the community continued to apply TEK that had been passed down by the previous generation through a method called Gethok Tular. The medicinal plant species in the study area were diverse, 82 species from 39 families with various modes of preparation were used to treat seven disease categories. Tithonia diversivolia had the highest use value of 0.65 and it contained 23 phytochemical compounds. In addition, this plant has high pharmacological potential for antibacterial agents.





DOWNLOAD FILE


Share:

Ethnobotanical knowledgeof Etlingera elatior for medicinal and food uses among ethnic groups in Aceh Province, Indonesia

 Saudah, Zumaidar, Darusman, Fitmawati, Dewiindriyaniroslim, Ernilasari

Abstract: The tribes in Aceh Province have been using Etlingera elatior for various medicinal purposes and as a spice in their culinary. Nonetheless, detailed information on the uses of E. elatior among communities in Aceh is lacking. Therefore, this research aimed to explore the ethnobotanical knowledge among local tribes in Aceh regarding the uses of E. elatior for food and medicine. This research was conducted on eight ethnic groups in Aceh Province (i.e., Acehnese, Gayo, Alas, Aneuk Jamee, Kluet, Tamiang, Singkil, and Simeulue). The data collection was carried out by using semi-structured interviews and field observation. A total of 240 respondents (135 male and 105 female) were selected purposively to obtain local knowledge on the uses, processing techniques and modes of application of E. elatior for medicinal and food purposes. Descriptive statistics were used to analyze the data to determine the level of knowledge and plant parts used, both measured in fidelity level (FL). The results showed that men, elderly people and farmers had more knowledge about the uses of E. elatior as medicine and food ingredients. Traditional medicines made from this herb were used to cure coughs, sprains, postpartum and earaches. Makjun sejuk, pareng, lampok and tapal were the concoction used in traditional medicine. Stem and fruit were the most commonly used plant parts for medicinal herbs, while pounding was the most common processing technique followed by squeezing and grinding either singly or in a mixture used by drinking and rubbing. The uses of E. elatior in food were found in several local dishes with the most common use in a curry called PliĆ©k U. Flower buds and fruit was the most commonly used part in food ingredients. Despite the unique and high uses of E. elatior among tribes in Aceh, the gap in knowledge, especially between the older and younger generations, might impact the loss of local wisdom regarding the plant.



DOWNLOAD FILE

Share:

Entri yang Diunggulkan

Local Ethnic Malay Community Knowledge in Traditional Medicine Utilization and its Conservation Strategy in East Belitung Regency, Indonesia

  Henri and Erika Erpandi Abstract:  Belitung Malay is the largest ethnic group in the East Belitung Regency which is rich in biodiversity. ...